Rabu, 28 September 2011

Rindu Ka'bah




Diasuh Oleh: Muhith Muhammad Ishaq. Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirasah Islamiyah Al Hikmah, Jakarta. Anggota Badan Pengembangan Yayasan Islamic Center IQRO Pondok Gede Bekasi.
Kerinduan untuk thawaf, jalan berputar mengelilingi Ka’bah menjadi kerinduan besar, apalagi ketika musim haji datang menjelang. Click here to view more
Umat manusia dari suku-suku lain di jazirah Arab dapat dengan mudah mengunjungi Makkah untuk haji, umrah maupun keperluan perdagangan yang menjadi mata pencaharian mereka.
Kemarahan kaum kafir Quraisy terhadap kaum muslimin yang dianggap telah keluar dari agama tradisional mereka yang menyembah berhala membakar hangus seluruh jejak kebaikan, kedekatan nasab, jalinan silaturrahim, dan persahabatan yang telah terbangun bertahun-tahun sebelum masa kenabian.
Kafir Quraisy Makkah melarang kaum muslimin untuk berkunjung ke Makkah dalam rangka keperluan apapun. Termasuk pada bulan-bulan haram (Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram) yang telah menjadi konsensus bangsa Arab, bahwa pada bulan-bulan itu tidak boleh ada kekerasan apalagi kezhaliman. Bahkan jika seseorang bertemu dengan pembunuh ayah atau saudaranya pada bulan-bulan haram itu, maka tidak boleh melakukan hukuman pembalasan. Konsensus dan moratorium kekerasan ini kaum Kafir Quraisy berlakukan  untuk semua kabilah, kecuali kaum muslimin Madinah. Kobar api permusuhan dan peperangan dalam hati mereka, sudah menghapus semua konsensus itu.
Setelah kegagalan pasukan Ahzab (pasukan gabungan Quraisy, Ghathfan, Yahudi dan beberapa suku Arab lain) pimpinan Abu Sufyan yang tidak kurang dari sepuluh ribu pasukan itu, tak mampu menembus khandaq (parit) yang mengisolasi Madinah, dan tenda pasukan kafir yang porak-poranda oleh terpaan angin yang Allah kirimkan, setelah mereka lebih dari satu bulan mengurung kaum muslimin dalam cuaca dingin dan minim cadangan pangan. Kegagalan pasukan Ahzab ini memberikan kesan semakin melemahnya kekuatan Kafir Quraisy Makkah dan semakin solidnya Kaum Muslimin Madinah.
Dalam situasi seperti itulah Rasulullah SAW bermimpi bahwa ia bersama dengan kaum muslimin dapat memasuki Makkah dengan pakaian ihram, melaksanakan umrah hingga mencukur rambut, yang menandakan kesempurnaan pelaksanaan ibadah ini. Mimpi ini Rasulullah SAW sampaikan kepada kaum muslimin di Madinah yang baru saja melihat kekuatan Quaraisy Makkah yang makin melemah.
Sumber: Majalah Sabili No 23/XVIII, 4 Agustus 2011.dan Cyber Sabili.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar