Variabel yang termasuk sebagai indicator ekonomi adalah:
1. GNP/GDP per Kapita, yaitu GNP/GDP
dibagi dengan umlah penduduk. GNP/GDP adalah nilai akhir barang dan
jasa yang berhasil diproduksi oleh suatu perekonomian (masyarakat) pada
suatu periode waktu tertentu (biasanya satu tahun). Jika GNP/GDP
tersebut dibagi dengan jumlah penduduk maka didapatkan GNP/GDP per
kapita.
Selanjutnya [Baca] :
Klasifikasi
Negara berdasarkan GNP/GDP atau kelompok pendapatannya dapat saja
berubah pada setiap edisi publikasi Bank Dunia. Sebagai contoh, Bank
Dunia pada tahun 1995 mengklasifikan Negara berdasarkan tingkatan
GNP/GDP per kapita sebagai berikut:
o Negara berpenghasilan rendah, adalah kelompok Negara-negara dengan GNP per kapita kurang atau sama dengan US$ 695.
o Negara
berpenghasilan menengah adalah kelompok Negara-negara dengan GNP/GDP
per kapita lebih dari US$ 695 namun kurang dari US$ 8.626.
o Negara berpenghasilan tinggi adalah kelompok Negara-negara dengan GNP/GDP per kapita di atas US$ 8.626.
Kelemahan
dari indicator ini, tidak memasukkan produksi yang tidak melalui pasar
seperti dalam perekonomian subsisten, jasa ibu Rumah Tangga, transaksi
barang bekas, kerusakan lingkungan, dan masalah distribusi pendapatan.
2. Growth (pertumbuhan), yaitu perubahan output (GNP/GDP) yang terjadi selama satu kurun waktu tertentu (satu tahun).
Bank Dunia pada tahun 1993 memperkenalkan beberapa sebutan menyangkut pertumbuhan ekonomi Negara-negara di dunia yaitu;
o High
Performing Asian Economies (HPAEs), yang diidentifikasi karena memiliki
cirri umum yang sama, seperti pertumbuhan ekspor yang cepat. Kelompok
HPAEs ini dibagi lagi menurut lamanya catatan sukses mempertahankan
pertumbuhan ekonomi, yaitu: Pertama, 4 macan Asia, biasanya diidentikkan
dengan Hongkong, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan. Negara-negara
ini tingkat pertumbuhan ekonominya amat cepat dan mulai mendekati
rangking Negara berpenghasilan tinggi. Kedua, Newly Industrializing Economies
(NIEs), meliputi Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Kelompok
Negara-negara ini memilki rata-rata pertumbuhan GDP riil sebesar 5,5 per
sen per tahun.
o Asia Timur mencakup semua Negara berpenghasilan rendah dan menengah di kawasan Asia Timur dan Tenggara serta Pasifik.
o Asia Selatan mencakup Bangladesh, Bhutan, India, Myanmar, Nepal, Pakistan, dan Srilangka.
o Eropa,
Timur Tengah, dan Afrika Utara mencakup Negara-negara berpenghasilan
menengah di kawasan Eropa (Bulgaria, Yunani, Hungaria, Polandia,
Portugal, Rumania, Turki, dan bekas Yugoslavia) dan semua Negara di
kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah, serta Afganistan.
o Sub-Sahara Afrika meliputi semua Negara di sebelah selatan gurun Sahara termasuk Afrika Selatan.
o Amerika Latin dan Karibia terdiri atas semua Negara Amerika dan KAribia di sebelah Selatan Amerika Serikat.
3. GDP per Kapita dengan Purchasing Power Parity
Perbandingan
antar negara berdasarkan GNP/GDP per kapita seringkali menyesatkan. Hal
ini disebabkan adanya pengkonversian penghasilan suatu negara ke dalam
satu mata uang yang sama (US dollar) dengan kurs resmi. Kurs nominal ini
tidak mencerminkan kemampuan relative daya beli mata uang yang
berlainan, sehingga kesalahan sering muncul saat dilakukan perbandingan
kinerja antarnegara. Oleh karena itu, Purchasing Power Parity (PPP) dianjurkan sebagai Pemerataan Pendapatan.
4. Perubahan Struktur Ekonomi
Mengukur
tingkat kemajuan struktur produksi (Pertanian, manufaktur, dan
jasa-jasa). Peranan sector pertanian akan menurun untuk memberi
kesempatan bagi tampilnya sector-sektor manufaktur dan jasa, yang secara
sengaja senantiasa diupayakan agar terus berkembang. Oleh karena itu,
strategi pembangunan biasanya berfokus pada upaya untuk menciptakan
industrialisasi secara besar-besaran sehingga kadangkala mengorbankan
kepentingan pembangunan sector perrtanian dan daerah pedesaan pada
umumnya.
5. Kesempatan Kerja
Rendahnya sifat kewirausahaan penduduk di negara-negara berkembang, memaksa pemerintah di negara-negara tersebut untuk menyiapkan
dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Dengan pencapaian
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diharapkan akan menciptakan
lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lainnya.
6. Pengangguran
Tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi di negara-negara berkembang, pada
akhirnya menjadi bom waktu sekitar 15 sampai dengan 20 tahun kemudian,
pada saat mereka masuk sebagai angkatan kerja. Besarnya angkatan kerja
yang tersedia di negara-negara berkembang, tidak diikuti dengan
penyediaan lapangan kerja buat mereka sehingga menyebabkan angka
pengangguran menjadi tinggi. Dengan penciptaan lapangan pekerjaan, baik
oleh sector swasta maupun oleh pemerintah, diharapkan angka
pengangguran yang relative tinggi dinegara berkembang akan mengalami
penurunan.
Adapun beberapa variable yang termasuk dalam indicator social adalah:
1. Indeks Mutu Hidup (IMH)
merupakan indeks gabungan dari 1) Harapan hidup pada usia 1 tahun,
angka kematian, dan tingkat melek huruf. Untuk masing-masing indicator,
kinerja ekonomi suatu negara dinyatakan dalam skala 1 hingga 100, dimana
1 merupakan kinerja terjelek, sedangkan 100 adalah kinerja terbaik.
2. Human Development Index
(HDI), mencoba merangking semua negara dalam skala 0 (sebagai tingkatan
pembangunan manusia yang terendah) hingga 1 (Pembangunan manusia yang
tertinggi) berdasarkan atas 3 tujuan atau produk pembangunan, yaitu: 1)
Tingkat Harapan Hidup, 2) Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata
tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca (diberi bobot dua pertiga) dan rata-rata tahun sekolah (diberi bobot sepertiga), dan
3) Penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil yang telah
disesuaikan, yaitu disesuaikan menurut daya beli mata uang
masing-masing negara dan asumsi menurunnya utilitas marginal penghasilan
dengan cepat.
Indikator kunci pembangunan social ekonomi lainnya versi United Nations Research Institute on Social Development (UNRISD) yang dikeluarkan pada tahun 1970, terdiri atas 7 indikator ekonomi dan 9 indikator social, masing-masing:
- Harapan Hidup
- Persentase penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih
- konsumsi protein hewani per kapita per hari
- Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah
- Rasio pendidikan luar sekolah
- Rata-rata jumlah orang per kamar
- Sirkulasi surat kabar per 1000 penduduk
- Persentase penduduk usia kerja dengan listrik, gas, air dan sebagainya
- Produksi pertanian per pekerja pria di sector pertanian
- Persentase tenaga kerja pria dewasa di pertanian
- Konsumsi listrik, kw per kapita
- Konsumsi baja, kg per kapita
- konsumsi energi, ekuivalen kg batu bara per kapita
- Persentase sector manufaktur dalam GDP
- Perdagangan laur negeri per kapita
- Persentase penerima gaji dan upah terhadap angkatan kerja.
Beberapa indikator yang selama ini dipergunakan Indonesia, antara lain:
· Laju Peningkatan Pendapatan
· Laju Penurunan Jumlah Kecamatan Miskin
· Laju Penurunan ketimpangan penerimaan pendapatan
· Laju penurunan kesenjangan harapan hidup
· Laju pengurangan angka kematian bayi
· Laju pengurangan melek huruf
· Laju penurunan pertumbuhan penduduk
·
Komponen Dasar Pembangunan
Dua
dasawarsa terakhir dari abad kedua puluh menyaksikan kemajuan besar di
berbagai belahan dunia. Namun pada dasawarsa yang terakhir jpula dapat disaksikan
kemandekan dan kemunduran, bahkan di negara yang sebelumnya telah
mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi pun mengalami hal yang
sama. Jurang perbedaan serta kemunduran tajam ini banyak mengajarkan
kepada kita tentang apa saja yang memberikan kontribusi terhadap
pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa ahli pembangunan, diantaranya adalah Prof. Goulet
mengatakan bahwa setidaknya ada tiga komponen dasar atau nilai inti
yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami
pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen dasar tersebut adalah
kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom).
Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus dicapai oleh
setiap orang dan masyarakat melalui pembangunan. Ketiganya berkaitan
secara langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling mendasar,
yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya sepanjang zaman.
1. Kecukupan,
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Kecukupan disini
bukan hanya menyangkut makanan, melainkan mewakili semua hal yang
merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik.
Semua
orang pasti punya kebutuhan dasar. Apa yang disebut sebagai kebutuhan
dasar adalah segala sesuatu yang jika tidak dipenuhi akan menghentikan
kehidupan seseorang. Kebutuhan dasar ini meliputi pangan, sandang,
papan, kesehatan, dan keamanan. Jika satu saja dari sekian banyak
kebutuhan dasar tidak terpenuhi maka muncullah kondisi “keterbelakangan
absolute”. Fungsi dasar dari semua kegiatan ekonomi pada hakekatnya
adalah untuk menyediakan sebanyak mungkin perangkat dan bekal guna
menghindari segala kesengsaraan dan ketidak berdayaan yang
diakibatkan oleh kekurangan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
keamanan.Atas dasar itulah kita bisa menyatakan bahwa keberhasilan
pembangunan itu merupakan prasyarat bagi membaiknya kualitas kehidupan.
2. Jati
diri, menjadi manusia seutuhnya adalah adanya dorongan dari diri
sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, untuk merasa diri
pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu, dan seterusnya. Pencarian
jati diri bukan suatu urusan yang sepele, karena jati diri itu sendiri
bukan hal yang sepele. Sekali jati diri kita hilang, maka kita akan
kehilangan segala-galanya.
3. Kebebasan
dari sikap menghamba, adalah konsep kemerdekaan manusia. Kebebasan di
sini hendaknya diartikan secara luas sebagai kemampuan untuk berdiri
tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materiil
dalam kehidupan ini.
Kebebasan
di sini juga harus diartikan sebagai kebebasan terhadap ajaran-ajaran
yang dogmatis. Jika kita memiliki kebebsan itu berarti untuk selamanya
kita mampu berpikir jernih dan menilai segala sesuatu atas dasar
keyakinan, pikiran sehat, dan hati nurani kita sendiri.
Kebebasan
juga meliputi kemampuan individual atau masyarakat untuk memilih satu
atau sebagian dari sekian banyak pilihan yang tersedia. Dengan adanya
kebebasan, kita tidak semata-mata dipilih, melainkan kitalah yang akan
memilih.
Kesimpulan
dari ketiga komponen dasar pembangunan seperti yang telah diuraikan
sebelumnya yaitu bahwa pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik
sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin, melalui
serangkaian kombinasi proses social, ekonomi dan institusional, demi
mencapai kehidupan yang serba lebih baik.
Penutup
Ekonomi
Pembangunan merupakan bentuk perkembangan lebih lanjut dari ilmu
ekonomi tradisional dan ilmu ekonomi politik. Selain mengulas soal
alokasi sumberdaya seefisien mungkin dan pertumbuhan output agregat
secara berkesinambungan dari waktu ke waktu, ekonomi pembangiunan juga
menitik beratkan perhatiannya kepada berbagai mekanisme ekonomi, social,
dan institusional yang harus diciptakan demi meningkatnya standar hidup
penduduk.
Setiap
analisis realistis terhadap masalah-masalah pembangunan perlu ditopang
dengan variable-variabel ekonomi yang ketat seperti halnya angka
kepadatan penduduk, harga-harga dan tingkat tabungan. Semua variable ini
sama pentingnya factor-faktor institusional non-ekonomi seperti
pengaturan hak pemanfaatan tanah, pengaruh stratifikasi social dan
kelas, struktur perkreditan, pendidikan dan kesejhatan serfta beberapa
variable lainnya.
Pembangunan
ekonomi yang berusaha untuk meningkatkan output, menciptakan lapangan
kerja, dan mengentaskan kemiskinan, seringkali gagal di masa-masa lampau
hanya karena para ekonom dan perumus kebijakan lainnya
lupa bahwa perekonomian nasional merupakan suatu system social utuh,
yang terdiri dari kekuatan-kekuatan ekonomis dan non-ekonomis yang satu
sama lain saling tergantung. Segenap kekuatan itu selalu berinteraksi,
terkadang saling menunjang, tapi tidak jarang pula bersifat
kontradiktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar